Mengenai Saya

Foto saya
Saya suka dunia Pertanian, khususnya bidang Peternakan

Rabu, 06 Maret 2013

Pilih Irit atau Putar Duit?????


Pilih Irit atau Putar Duit??
            Uang merupakan hal  yang  vital untuk kelangsungan hidup kita di perantauan. Ketika kita di perantauan untuk  bekerja memang uang bisa mencukupi, walaupun terkadang pas-pasan. Namun ketika kita di perantauan  untuk belajar(kuliah), kita harus pintar-pintar mengatur uang. Dengan uang yang selalu dikirim dari orang tua setiap bulannya kita harus bisa mengaturnya sehingga pada akhir bulan uang kita bisa cukup. Hindari hutang! Bagi yang orangtuanya kurang mampu, seperti saya. Saya tak sampai hati untuk meminta uang pada orangtua saya. Dengan uang beasiswa yang diberikan pemerintah itu sudah cukup, walaupun memang sangat pas-pasan. Rp. 3.600.000,-/ semester. Bayangkan saja di semester ini, saya akan cukup dengan pengeluaran maksimal  Rp.11.000,- tiap harinya, jika saya mengikuti pelatihan IB dengan biaya Rp.1.500.000,- dan tak ada kiriman dari orang tua.  Dengan uaang Rp.11.000,- itu saya hanya bisa makan 2x sehari jika ingin makanan yang memenuhi kebutuhan gizi saya (telur,ayam,ikan). Jika 3x hanya cukup untuk makanan yang kurang memenuhi kebutuhan gizi saya (gorengan). Belum lagi biaya laian-lain (fotokopi,sabun,detergen, dll). Tapi saya tak mau menyusahkan orang tua. Belum lagi biaya listrik yang harus saya bayarkan setiap bulannya.
Saya berfikir, daripada saya IRIT uang saya, lebih baik saya PUTAR uang saya.  Dengan uang beasiswa dari pemerintah yang saya terima, saya gunakan uang tersebut untuk keperluan barang-barang pribadi saya, makan, syukuran, bayar lstrik,uang transport pulang kampung, dll. Semester kemarin saya dan teman saya mencoba jualan donat di kampus dan hasilnya lumayan, sehari bisa untung Rp.32.000,-. Namun usaha jualan donat itu tak bisa konsisten. Pelanggan terkadang  bosan dan enggan membeli Donat.  Namun saya berfikir, daripada uang pas-pasan, hidup diperantauan jadi kurang tenang . Lebih baik saya ambil resiko, yang sudah saya perkirakan akibatnya. Semester ini  kebutuhan saya makin besar dengan saya mengikuti pelatihan IB tersebut. Kemitraan ayam broiler, saya dan beberapa teman saya berencana usaha peternakan ayam broiler dengan sisterm kemitraan. Kami iuran Rp.1.000.000,-/orang. Kami bertiga.  Kami berencana untuk memelihara ayam sekitar 2000 ekor untuk permulaan. Jika kami berhasil, maka keuntungan yang kami dapat dalam 2 bulan dengan tingkat kematian ayam 5% adalah Rp.2.700.000,-. Jadi saya bisa mendapatkan penghasilan setiap bulan Rp.450.000,-. Namun jika rugi, kami harus membaya biaya pakan yang sangat besar serta biaya lain-lain ke kemitraan yang bisa mencapi puluhan juta. Semua memang ada resikonya. Biasaanya semakin besar resiko, maka semakin besar pula hasilnya. Jika saya untung,maka saya bisa mengeluarkan uang maksimal setiap harinya Rp.26.000,-. Bagi saya uang sebanyak itu tidak akan habis tiap harinya, saya justru bisa menabung. Misalnya saja saya mengeluarkan uang saya Rp.15.000,- tiap harinya, berarti saya bisa menabung Rp. 11.000,- tiap harinya. Dan pada akhir semester saya bisa memiliki tabungan Rp. 1.980.000,-. Jika usaha saya dan teman-teman saya berlanjut hingga kuliah kami berakhir, maka saya bisa memiliki uang di akhir kuliah saya sebesar  Rp. 9.900.000,- (Sampai semester 8). Tapi mungkin pada akhir kuliah tidak sebanyak itu uang yang bisa terkumpul, karena banyak kebutuhan yang lain yang cukup besar ( Kerja Praktek,Penelitian,KKN,Skripsi). Ini hanya hitung-hitungan kasarnya saja.
Tapi andaikan saya memilih IRIT pada uang yang saya punya, Rp.11.000,- tiap hari pengluaran saya. Dan setiap akhir semester uang saya akan habis tanpa sisa dan begitu seterusnya sampai saya lulus kuliah dan tak pernah memiliki uang tabungan. Kini saatnya berubah, berani ambil resiko!! Itulah prinsip seorang pengusaha yang saya baca dari buku.  Cerita ini semoga bisa menginspirasi para mahasiswa yang sedang menempuh pendidikannya di perantauan untuk segeran mengambil  keputusan.
J “IRIT DUIT atau PUTAR DUIT” J
Create: at 11.48 am, 27/2/2013
By: Didik Kurniadi, www.didikfarm.blogspot.com

Tidak ada komentar: