Mengenai Saya

Foto saya
Saya suka dunia Pertanian, khususnya bidang Peternakan

Sabtu, 20 September 2014

Materi Beternak di Desa

INTENSIFIKASI AYAM KAMPUNG
A.    Pendahuluan
Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam kampung sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan.  Pemeliharaan yang intensif pada ayam kampung, dapat meningkatkan produksi telur dan daging, dapat mencegah wabah penyakit dan memudahkan tata laksana.
Sistem pemeliharaan ayam kampung meliputi : bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.
B.    Pemilihan Bibit
1.  Ayam jantan :
·       Badan kuat dan panjang
·       Tulang supit rapat
·       Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih
·       Paruh bersih
·       Mata jernih
·       Kaki dan kuku bersih
·       Sisik-sisik teratur
·       Terdapat taji.
2.  Ayam betina (petelur) yang baik
·       Kepala halus
·       Matanya terang/jernih
·       Mukanya sedang (tidak terlalu lebar)
·       Paruh pendek dan kuat
·       Jengger dan pial halus
·       Badannya cukup besar dan perutnya luas
·       Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari
·       Jarak antara tulang pubis (wangkong) ± 3 jari.

C.    Pemeliharaan
Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan :
1.  Ekstensif (pemeliharaan secara tradisional = ayam dilepas dan mencari pakan sendiri)
2.  Semi intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan)
3.  Intensif (ayam dikandangkan dan diberi pakan)
Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam pemeliharaan, yaitu :
1.  Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu, dimana anak ayam sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan
2.  Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu
3.  Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir (± 2 tahun)
Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi, pejantan tidak diperlukan.
D.    Perkandangan
Syarat kandang yang baik, yaitu :
1.  Cukup mendapat sinar matahari
2.  Cukup mendapat angin atau udara segar
3.  Jauh dari kediaman rumah sendiri
4.  Bersih
5.  Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya)
6.  Kepadatan yang sesuai
7.  Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan tahan lama.
Kepadatan kandang :
1.  Anak ayam beserta induk : 1 - 2 m2 untuk 20 - 25 ekor anak ayam dan 1 - 2 induk
2.  Ayam dara 1 m2 untuk 14 - 16 ekor
3.  Ayam masa bertelur, 1 - 2 m2 untuk 6 ekor betina dan 1 ekor pejantan
E.     Pakan
Zat-zat makanan yang dibutuhkan terdiri dari : protein, energi, vitamin, mineral dan air.  Adapun konsumsi pakan adalah sebagai berikut :
1.  Anak ayam dara : 15 gram/hari
2.  Minggu I-III : 30 gram/hari
3.  Minggu III-V : 60 gram/hari
4.  Minggu VI sampai menjelang bertelur : 80 gram/hari
5.  Induk/Pejantan : 100 gram/hari
Pemberian pakan adalah sehari dua kali, yaitu pagi dan sore, sedangkan air minum diberikan setiap saat.
F.     Penyakit dan Pencegahannya
1.  ND (Necastle Desease)/Tetelo Pencegahan: lakukan vaksinasi ND secara teratur pada umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi setiap 4 bulan sekali.
3) CRD (pernafasan) Pengobatan : Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum).
4) Berak Darah Pengobatan : Prepara Sulfa atau anyrolium dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 - 5 hari.
5) Pilek Pengobatan : sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan dalam air minum selama 5 - 7 hari.
6) Cacar Pencegahannya : vaksinasi 1 kali setelah lepas induk.









G.    Jamu untuk Efisiensi Pakan dan Kesehatan
Tabel 1. Bahan-bahan Jamu
No
Bahan Jamu
Bagian yg Digunakan
Jumlah
1.
Bawang Putih
Umbi
250 gr
2.
Kencur
Rimpang
250 gr
3.
Jahe
Rimpang
125 gr
4.
Lengkuas
Rimpang
125 gr
5.
Kunyit
Rimpang
125 gr
6.
Temulawak
Rimpang
125 gr
7.
Kayu Manis
Kulit Batang
62,5 gr
8.
Sirih
Daun
62,5 gr
9.
Mahkota Dewa
Daun
62,5 gr
10.
Tetes Tebu
Larutan
250 ml
11.
Probiotik (EM4)
Larutan
250 ml
Sumber : Zainuddin dan Wakradihardja (2002)
Cara Pembuatan :















Sumber : Tambunan, Reny Debora, dan Marsudi Silalahi. 2008. Teknologi Budidaya Ayam Buras. Balai Besar Penggembangan. Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Penggembangan Pertanian. Bogor
INTENSIFIKASI TERNAK ITIK
A.    Pendahuluan
Masalah peternakan itik selama ini adalah belum tersedianya sisitem penanganan yang memadai untuk menghasilkan bibit yang berkualitas. Selama ini yang ada hanyalah penetasan dari telur-telur tetas.
Perkembangan peternakan itik yang cukup pesat akhir-akhir ini diharapkan akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha pembibitan untuk meningkatkan kualitas bibit yang tersedia di pasar. Kualitas bibit yang digunakan sangat menentukan keberhasilan dan tingkat keuntungan usaha peternakan yang bersangkutan. Untuk itu perlu adanya pemahaman cara-cara beternak itik yang benar bagi peternak.
B.    Perkandangan
Peternak kecil yang ingin memanfaatkan lahan pekarangannya dapat memelihara itik dalam jumlah kecil dan menjaga kebersihan kandang untuk mengurangi timbunya bau dari kotoran itik. Jarak antara kandang dengan sumur sebaiknya agak jauh agar tidak timbul perncemaran.
Kandang itik digunakan untuk beristirahat dimalam hari dan bertelur dipagi hari, pada siang hari itik berada di halaman kandang yang tidak beratap dan dibatasi oleh pagar. Atap kandang dapat dibuat dari bahan yang sederhana seperti genteng atau rumbia.
          Persyaratan kandang :
1.  Temperatur kandang 390C
2.  Kelembaban kandang 60-65%
3.  Kandang diberi lampu penerangan
4.  Terbuat dari bahan yang sederhana



Model kandang menurut umur itik, yaitu :
a.   Kandang Starter, untuk DOD/ Day Old Duck ( anak itik umur 1 hari) atau biasa disebut juga kandang box. Ukuran kandang 1m2 untuk 50 ekor DOD.
b.  Kandang Grower, untuk anak itik masa pertumbuhan. Disebut model kandang ren/kelompok dengan kepadatan kandang 6-9 ekor/m2. Lantai kandang terbuat dari semen atau tanah yang dipadatkan dengan diberi campuran pasir dan kapur. Dilengkapi juga dengan kolam air dangkal untuk minum dan mandi.
c.   Kandang Layer, untuk itik masa bertelur. Kandang bersifat kelompok dengan ukuran 4-5 ekor/m2.

C.    Tata laksana Pemelihraan
1.      Penyediaan induk buatan
Alat yang biasa digunakan berupa pemanas lampu minyak atau listrik. Dibuat dengan menggunakan triplek, kayu, atau seng dengan lampu minyak atau lampu listrik (40 watt) dipasang dibagian tengah. Untuk mengetahui apakah suhu induk buatan sesuai atau belum dapat dilihat dari sebaran meri. Jika terlalu panas, meri akan berada dipinggir dan bila terlalu dingin, meri akan berkumpul disekitar sumber panas. Jika suhu induk buatan sudah sesuai, maka meri akan menyebar secara merata.
2.      Tempat Pakan dan Minum
Tempat minum harus dibuat secara aman agar meri tidak dapat masuk ke dalam tempat minum. Pakan diberikan dalam bentuk tepung atau butiran dan diletakan dalam tempat pakan. Bentuk tempat pakan sebaiknya memanjang, sehingga dapat menampung meri dalam jumlah banyak. Tempat minum sebaiknya diberikan dekat dengan tempat pakan, bagian bawah tempat minum dapat diberi tempat penampungan air yang tercecer untuk meri bermain air.


3.      Tatalaksana pemeliharaan itik dara
Kandang yang terbaik untuk pemeliharaan itik dara adalah dengan sistem pen yang dilengkapi dengan litter dari sekam. Apabila jumlah itik yang dipelihara tidak banyak (kurang dari 500 ekor), maka kandang itik dara dapat sekaligus digunakan sebagai kandang itik petelur. Kapasitas kandang ideanya 6-7 ekor/m2. Hari pertama itik dara masuk kedalam kandang  perlu diberikan obat anti stress berupa vitamin, preparat sulfa seperti “sulfamix”. Obat diberikan pada air minum untuk menghindari stress yang berlebihan dan mencegah beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Pakan untuk itik dara harus dibatasi agar tidak terjadi kegemukan. Pakan hanya diberikan 75-80% dari kebutuhan konsumsi pakan normal sehari. Dapat jga dilakukan dengan cara mengurangi kualitas pakan. Sebagai patokan berat badan itik siap bertelur (22 minggu) adalah 1,3-1,4 kg. Penyediaan halaman sangat membantu dalam mencegah terjadinya kegemukan. Itik dibiarkan dihalaman pada siang hari, dan pada malam hari dimasukkan ke kandang.
4.      Tatalaksana Pemeliharaan Itik Petelur
Pemeliharaan itik petelur dapat diusahakan disekitar rumah dengan memanfaatkan pekarangan yang ada. Jarak Antara kandang dengan rumah diupayakan minimal 10 m. areal sekitar kandang dibuat pagar keliling menggnakan bahan bamboo atau kawat yang berfungsi untuk mencegah masuknya binatang liar. Konstruksi kandang terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruangan istirahat yang dilindungi oleh atap serta ruangan halaman tanpa atap. Perlu dibuat petak-petak, dimana setiap petak dapat diisi dengan 50 ekor. Tinggi sekat antar petak 40-50 cm. luas petak???. Ruang halaman dan ruang istirahat dipisahkan dengan sekat. Itik dimasukkan ke dalam kandang/ruang istirahat pada malam hari. Pemberian lampu yang redup di dalam kandang akan mempermudah menggiring itik, karena ketika hari mulai gelap, itik akan mendekati lampu.
          Itik biasanya bertelur pada pagi hari. Saat pagi hari, tempat pakan diisi kira-kira 1/3 dari jatah pakan sehari dan tempat minum diisi dengan air bersih. Untuk menghindari telur-telur berserakan dalam kandang, maka perlu dibuatkan sangkar dibagian pinggir kandang. Pada siang hari, yaitu sekitar pukul 11.00 itik diberi pakan lagi. disahakan pakan tidak tersisa, karena dapat menimbulkan jamur.
5.      Penyakit-penyakit pada Itik
a.   Avian Influenza (AI) : Disebabkan oleh virus. Tanda-tanda umum pada itik yaitu : keluar air mata, bersin, keluar cairan dari hidung, dan pembengkakan pada daerah dibawah mata. Penyakit ini belum ada obatnya, jadi hanya bisa dilakukan pencegahan melalui vaksin.
b.  Duck Cholera : Anak itik umur lebih dari 4 minggu sangat peka terhadap penyakit ini. Penyakit ini sangat merugikan peternak karena dapat menyebabkan kematian yang tinggi pada itik dara dan petelur. Anak itik yang terkena penyakit ini pada umumnya mempunyai gejala-gejala diare dan disertai dengan sesak nafas. Penyakit duck cholera dapat diobati dengan preparat sulfa dan antibiotic. Sanitasi dan manajemen yang baik dapat mencegah timbulnya penyakit duck cholera. Apabila ada itik yang terjangkit penyakit ini harus segera dipisahkan dari yang lain.
c.   Botulism : adalah penyakit yang disebabkan karena itik memakan bangkai. Bangkai mengandung bakteri berbahaya yang disebut dengan Castridium botulinum dan menimbulkan racun botulinus. Itik akan menunjukkan sakit, setelah beberapa jam memakan bangkai. Tanda-tanda itik yang terkena penyakit ini adalah lumpuh pada bagian sayap, kaki, dan leher.
6.      Pakan Itik
Sekitar 70% biaya produksi berasal dari biaya pakan. Oleh sebab itu pakan mempunyai peran yang sangat menentukan dalam usaha peternakan itik. Peternak akan mengalami kerugian yang tidak sedikit apabila tidak memahami teknik pemberian pakan untuk itiknya. Pemeliharaan itik secara gembala tidak memerlukan pemikiran yang mendalam tentang pakan itik, karena secara alami itik mencari pakan sendiri disawah-sawah atau pematang-pematang. Tetapi apabila itik dikandangkan, maka soal pakan menjadi penting untuk diperhatikan.
Tabel 1. Kebutuhan beberapa nutrisi itik tipe petelur (Sen, 1985)
Uraian
0-8 Minggu
8-20    Minggu
>20 Minggu
Energi (Kkal/kg)
2900
2800
2700
Protein Kasar (%)
17-20
18
16-18
Ca (%)
0,6-1,0
0,6-1,0
2,9-3,25
P(%)
0,6
0,6
0,47

Bahan pakan untuk itik sebaiknya diperoleh dari bahan lokal yang murah, tidak bersaing dengan manusia, dan bermutu baik. Bahan pakan lokal yang dapat digunakan untuk makanan itik dapat dibagi menurut sumber nutrisi yang terkandung didalamnya. Bahan pakan sumber energi misalnya : dedak padi, gabah/beras/menir, jagung, sagu, sorgum, singkong, dan tetes tebu. Bahan pakan sumber protein misalnya : tepung ikan, bekicot, bungkil kedelai, belatung, keong, kepala udang, ikan runcah, dll. Bahan pakan sumber mineral Antara lain kapur, cangkang bekicot, kerang laut, dan garam dapur. Bahan pakan sumber vitamin, misalnya : genjer, enceng gondok, rumput muda, dan tepung daun.
Contoh susunan ransum itik petelur :
a.   Formulasi Raharjo (1985) :
1.  Tepung gaplek 41,5%
2.  Tepung beras 22 %
3.  Kepala udang 30%
4.  Tepung tulang 3%
5.  Garam 0,5%
6.  Kapur 2,5%
7.  Premix 0,3%
Kandungan : PK (19%), ME (2750 Kkal/kg), Ca (3,31%), P (0,52%)


b.  Formulasi Tangenjaya (1988)
1.  Dedak 75%
2.  Bungkil kedelai 7%
3.  Garam 0,2%
4.  Kapur 10%
5.  Premik 0,5%
Kandungan : PK (18,6%), ME (1900Kkal/kg), Ca (4,55%), P (0,85%)
c.   Formulasi Peternak di Jawa Barat (1989)
1.  Dedak 46%
2.  Menir 24,5%
3.  Tepung ikan 21%
4.  Kapur 8%
5.  Premik o,5%
Kandungan : PK (14,7%), ME (2150 Kkal/kg), Ca (4,23%), P (1,01%)

Sumber : Sumber : Suretno, Nandari Dyah, Akhmad Prabowo, dan Marsudi Silalahi. 2008. Teknologi Budidaya Itik. Balai Besar Penggembangan. Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Penggembangan Pertanian. Bogor












BUDIDAYA TERNAK DOMBA SECARA INTENSIF
A.    Pendahuluan
Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula. Ternak domba merupakan salah satu jenis ternak yang dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi kepentingan masyarakat dalam hal penyediaan daging. Ada beberapa aspek yang menarik dari usaha ternak domba antara lain dapat berkembangbiak dengan cepat, dapat dengan mudah menyesuaikan diri pada lingkungan, serta dagingnya relatif dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
Ternak domba biasanya dipelihara dengan tujuan sebagai tabungan, ternak potong untuk konsumsi keluarga, maupun memanfaatkan kotorannya sebagai pupuk bagi tanaman. Pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh petani di pedesaan pada umumnya dalam skala yang relatif kecil dengan rataan jumlah pemilikan sebanyak 3-5 ekor per keluarga petani. Sistem pemeliharaan pun dilakukan secara tradisional dengan ciri-ciri: perkandangan sederhana, penyediaan pakan terbatas dengan mengandalkan alam sekitar atau setengah digembalakan, dan tanpa ada pemilihan bibit secara terarah. Melalui sistem pemeliharaan secara sederhana tersebut, ternak ini hanya memberikan pertambahan berat badan harian sebesar 20-30 gram, lebih kecil dari potensi produktivitas yang dapat dicapai oleh ternak domba apabila dipelihara secara inrtensif dengan pemberian makanan yang cukup jumlah dan baik mutunya (Merkel dan Subandriyo, 1997).







B.    Pemilihan Bibit
Pilihlah bibit untuk induk dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.  Bentuk tubuh : Kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, bulu lunak dan mengkilat, tubuh besar tetapi tidak terlalu gemuk.
2.  Sifat keindukan : Penampilan jinak, sorot mata ramah
3.  Kenormalan kaki : Kaki lurus dan tumit tinggi
4.  Keadaan gigi : Jumlah gigi lengkap, rahang atas dan bawah rata
5.  Keturunan : Berasal dari keturunan kembar atau beranak kembar, atau kelahiran tunggal tetapi berasal dari induk muda
6.  Ambing :Tidak terlalu menggantung, bentuk simetris, jumlah puting dua buah
Pilihlah bibit untuk pejantan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.  Bentuk tubuh : Besar, dada lebar, tubuh relatif panjang, bagian tubuh sebelah belakang lebih besar dan lebih tinggi, tetapi tidak terlalu gemuk
2.  Penampilan : Gagah, mencerminkan kemampuan menurunkan sifat yang baik pada anaknya
3.  Aktif  : Ramah, aktif, dan siap mengawini induk yang birahi (nafsu kawinnya besar)
4.  Keturunan : Berasal dari keturunan kembar
5.  Umur : Antara 1,5 sampai 3 tahun 


C.    Pakan
Tabel 1. Contoh campuran pakan domba untuk kondisi pedesaan
Status Ternak
Rumput (%)
Kacang-kacangan (%)
Sedang Tumbuh
60
40
Betina Dewasa
75
25
Betina Bunting
60
40
Betina Menyusui
50
50
Pejantan Pemacek
75
25




Tabel 2. Susunan konsentrat domba untuk tujuan komersial
Jenis Bahan
(%)
I
II
III
IV
V
Jagung giling
42
62,5
-
52
40
Bungkil kedelai
25
15
-
12,5
7,5
Dedak halus
30
20
-
22,5
50
Tepung tulang
1,5
1
-
1,5
1
Garam
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
Ampas tahu kering
-
-
98,5
-
-
Pemberian/e/hari (gr)
200-250
300-400
350
200-250
250
Keterangan :
Rumput/hijaun diberikan secara tidak terbatas
I                  : Untuk domba yang sedang tumbuh
II & III       : Untuk domba penggemukan
IV               : Untuk domba bunting/menyusui
V                : Untuk pejantan pemacek/aduan

D.    Tata Laksana
1.  Perkandangan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat kandang yaitu: 1) tempat/lahan yang tanahnya kering dan letaknya tinggi, 2) jarak kandang 10 meter dari sumur dan rumah, 3) cukup mendapat sinar matahari pagi yang merata dan udara yang segar serta bersih, 4) terlindung dari hembusan angin langsung, 5) tersedia tempat pakan dan minum yang mudah dibersihkan, dan 6) menggunakan bahan bangunan yang kuat dan murah.
Kandang di buat bentuk panggung. Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari kandang panggung adalah kandang menjadi lebih bersih karena kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, serta kuman, parasit, dan jamur dapat ditekan. Beberapa kelemahannya antara lain biaya relatif mahal, resiko terperosok/jatuh, dan kandang memikul beban ternak lebih berat.
Tabel 3. Luas kandang domba
No
Status
Luas Kandang
1.
Domba umur kurang dari 7 bulan
0,5 m2
2.
Domba umur 7-12 bulan
0,75 m2
3.
Domba umur lebih dari 12 bulan
1-1,5 m2
4.
Domba induk menyusui
1 m2

2.  Reproduksi
Secara umum interval kelahiran domba yang baik adalah 2 tahun dengan 3 kali melahirkan. Agar peternak dapat melakukan pengaturan perkawinan dengan baik, maka yang harus diperhatikan adalah:
a.   Domba betina mencapai dewasa kelamin pada umur 6-8 bulan
b.  Domba jantan mulai dapat dikawinkan pada umur 18-20 bulan
c.   Domba betina mulai dikawinkan pertama kali pada umur 12-15 bulan
d.  Siklus birahi terjadi rata-rata setiap 17 hari sekali
e.   Lama birahi berlangsung 30-40 jam atau 1-2 hari
f.    Saat yang paling tepat untuk mengawinkan domba yang sedang birahi ialah pada hari kedua
g.  Lama bunting berlangsung 5 bulan atau 144-152 hari
h.  Penyapihan anak dilakukan pada umur 3 bulan
i.    Batas umur domba diternakkan: betina 5 tahun, jantan 6-8 tahun
j.    Perbandingan antara betina dan pejantan: a) pejantan yang berumur kurang dari 15 bulan dapat melayani 10 ekor betina, b) pejantan yang berumur kurang dari 3 tahun dapat melayani 35 ekor betina, dan c) pejantan yang berumur lebih dari 3 tahun dapat melayani 50 ekor betina.




Tanda-tanda domba betina birahi:
a.   Gelisah, ribut dan nafsu makan berkurang
b.  Mencoba menaiki ternak lain, menggerak-gerakan ekor dan sering kencing
c.   Berusaha menaiki pejantan dan yang penting mau atau diam bila dikawini pejantan
d.  Alat kelamin bagian luar sedikit membengkak, memerah dan kadang-kadang sedikit mengeluarkan lendir.
3.  Mengawinkan ternak
Walaupun domba betina mencapai dewasa kelamin pada umur 6-8 bulan, sebaiknya perkawinan pertama dilakukan pada umur 12- 15 bulan karena telah mencapai dewasa tubuh. Masa birahi ternak domba berlangsung selama 30-40 jam atau 1-2 hari dan domba betina akan melepaskan sel telur (Ovulasi) pada akhir masa birahi. Oleh karena itu, perkawinan yang tepat harus dilakukan pada hari kedua masa birahi. Sebaiknya pejantan harus dimasukkan ke dalam kandang betina minimum 3 kali siklus birahi. 
Tanda-tanda awal kebuntingan kurang jelas untuk diamati walaupun dengan cara meraba. Tanda-tanda umum yang tampak adalah birahi berikutnya tidak timbul lagi, ternak lebih tenang, tidak suka dekat dengan pejantan, nafsu makan agak meningkat, kadang menggesekkan badannya ke dinding atau menjilati dinding kandang, pada pertengahan kebuntingan, perut nampak membesar terutama pada perut sebelah kanan dan ambing agak turun posisinya.
4.  Perawatan Ternak
a.   Memandikan
Domba sebaiknya dimandikan secara rutin seminggu sekali agar tubuhnya tidak kotor dan tidak menjadi sarang penyakit. Memandikan domba dapat dilakukan pada saat cuaca cerah dengan menggunakan air bersih dan mengalir. Pada saat dimandikan, seluruh bulu badan dan tubuhnya dibersihkan dengan air sabun dan disikat, kemudian dibilas dengan air bersih. Setelah dimandikan, domba dibiarkan berjalan-jalan (exercise) sampai bulunya kering.
b.  Mencukur Bulu
Bulu domba tumbuh relatif banyak sehingga memerlukan perawatan agar tidak menjadi kotor serta tidak menjadi sarang kuman penyakit dan parasit. Mencukur bulu sebaiknya dilakukan pada domba yang telah berumur lebih dari 6 bulan dan dilakukan dua kali setahun. Sebelum mencukur bulu, sebaiknya domba dimandikan terlebih dahulu agar bulunya bersih dan pelaksanaan pencukuran lebih mudah.
Teknik saat mencukur bulu, ternak dapat tetap berdiri atau dirobohkan dengan cara mengikat keempat kakinya sehingga pencukuran dapat lebih cepat dan hasilnya lebih rapi. Pencukuran dapat menggunakan gunting yang besar dan tajam atau gunting cukur listrik. Pencukuran dimulai dari perut bagian bawah, ke atas, ke depan, dan ke belakang sampai daerah kepala dan kaki. Bulu yang tertinggal di kulit sepanjang 0,5-1 cm. Mencukur bulu harus dilakukan dengan hati-hati agar kulit domba tidak terluka. 
c.   Memotong Kuku
Domba yang dipelihara dalam kandang, secara alami kukunya akan tumbuh dan bertambah panjang. Kuku domba yang panjang dan tidak pernah dipotong dapat menyebabkan gangguan pada saat berjalan, untuk pejantan dapat mengganggu pada saat kawin, dan menjadi sarang kotoran dan kuman penyakit sehingga mudah terinfeksi. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka kuku domba harus dipotong secara rutin setiap 3-6 bulan sekali.
Memotong kuku dilakukan dengan cara mengikat domba pada bambu. Kemudian kuku depan kiri dan kanan dipotong secara bergantian dengan cara mengangkat kaki domba dengan melipat sendi lutut. Untuk memotong kuku belakang kiri dan kanan dilakukan dengan menjepit badan domba bagian belakang dengan posisi searah ekor, kemudian kaki belakang diangkat dan dipotong secara bergantian. Memotong kuku dapat menggunakan gunting, rennet, atau pisau tajam. Bagian kuku yang dipotong adalah bagian yang tidak ada syaraf dan pembuluh darah. 
d.  Pengendalian Penyakit
Kesehatan menentukan tingkat keberhasilan usaha ternak domba. Agar ternak domba tetap sehat, kandang harus bersih, air minum diberikan teratur dan bersih. Penyakit yang sering menyerang domba adalah bloat (kembung perut), cacing, dan kudis (kurap, scabies).
·     Bloat (kembung perut):
Gejala: lambung sebelah kiri atas tampak besar dan bila dipukul berbunyi seperti drum, frekuensi pernafasan cepat, dan punggung domba tampak membungkuk.
Penyebab: Hijauan di dalam rumen cepat mengalami fermentasi, sehingga membentuk timbunan gas yang cukup besar.  Hijauan (rumput dan daun) yang cepat mengalami fermentasi seperti rumput muda, rumput basah dan daun ubi jalar. Agar ternak domba tetap sehat, kandang harus bersih, air minum diberikan teratur dan bersih.
Pencegahan: hindarkan domba digembalakan di tempat yang rumputnya basah akibat embun pagi, jangan diberi rumput muda. Pengobatan: berikan larutan gula merah dan asam jawa, keluarkan gas dengan cara mengurut-urut perut domba.
·     Cacing:
Parasit yang sering menyerang saluran pencernaan domba diantaranya adalah cacing bulat dan cacing hati.
Gejala terinfeksi cacing bulat: domba menjadi kurus, pucat, lemah; bila infeksi parah mengakibatkan; perut besar, bulu kusam, dan kadang keluar kotoran encer.
Gejala terinfeksi cacing hati: kondisi tubuh lemah; selaput lendir  bola  mata  dan  gusi tampak pucat; kadang-kadang di bawah dagu membengkak lunak karena berisi air; dan perut buncit akibat adanya penimbunan cairan di dalam perut.
Pencegahan:
1. Kandang dibersihkan secara rutin dan hindari lantai menjadi becek.
2. Domba tidak digembalakan di tempat yang tercemar telur atau larva cacing.
Pengobatan: Domba diobati dengan obat cacing khusus hewan yang dijual di toko yang menjual kebutuhan peternakan. Diberikan dalam bentuk kapsul atau dalam bentuk serbuk dan dicampur air minum. Dosis pemberian sesuai anjuran.  contoh merk dagang Albendazol.
·     Kudis (Kurap, scabies):
Gejala: ternak gelisah karena gatal sehingga nafsu makan menurun, kulit bersisik berkeropeng, bulu rontok, dan pada awalnya menyerang pada bagian bibir, kepala, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Penyebab: parasit kulit yang menular dengan cara kontak langsung.
Pencegahan: penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan dan pemisahan ternak sakit. 
Pengobatan: menggunakan obat merk “wormectin” dengan cara disuntikkan secara subcutan di leher.

Sumber : Rismayanti, Yayan. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Bandung









BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG
A.    Pendahuluan
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan dimasa depan. Hal ini terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak kecil, menengah maupun swasta atau komersial.
Penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan input pakan serta sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha yang ekonomis.
Tujuan dari penggemukan ternak sapi adalah untuk meningkatkan produksi daging persatuan ekor, meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien tanpa memotong sapi lebih banyak, menanggulangi populasi ternak sapi yang menurun akibat pemotongan dan dapat menghindari pemotongan sapi betina umur produktif.
Dalam usaha penggemukan sapi potong, selain dapat memperbaiki kualitas daging dan menaikkan harga jual ternak, juga dapat meningkatkan nilai tambah dari pupuk kandang yang dihasilkan ternak sapi.  Artinya, pupuk kandang yang diproduksikan pada waktu penggemukan itu dapat lebih ditingkatkan nilai ekonomisnya. Untuk memperoleh hasil yang optimal, terdapat beberapa hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian dari peternak dalam pengelolaan usaha penggemukan sapi potong, yaitu : pemilihan bibit/bakalan, sistem penggemukan, pakan dan cara pemberiannya, penyediaan kandang,  pengendalian dan pencegahan penyakit.
B.    Pemilihan Bibit
Keterampilan dalam memilih bibit (sapi bakalan) merupakan langkah awal yang sangat menentukan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong. Pemilihan bakalan untuk tujuan penggemukan harus memperhatikan :
1.  Bangsa Sapi
Bangsa sapi yang digunakan untuk penggemukan sebaiknya dipilih bangsa sapi yang mempunyai produktivitas tinggi atau jenis unggul, baik sapi unggul lokal maupun jenis sapi impor atau persilangan. Beberapa jenis sapi unggul lokal yang dijadikan ternak potong adalah sapi Bali, Peranakan Onggole (PO) dan sapi Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul impor adalah sapi Brahman, Simmental, Onggole dan Brangus.
2.  Jenis Kelamin
Sapi sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan sapi jantan pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi betina. Disamping itu juga untuk mencegah pemotongan ternak betina produktif. Sapi kebiri juga baik untuk digemukkan, karena cepat pertumbuhannya.
3.  Umur
Sapi sebaiknya dipilih yang masih muda, karena pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi berumur tua. Ternak sapi bakalan yang lebih muda  (umur 1 – 2,5 tahun) mempunyai tekstur daging yang lebih halus, kandungan lemak yang lebih rendah, dan warna lemak daging yang lebih muda sehingga menghasilkan daging dengan keempukan yang lebih baik dibandingkan sapi tua (umur diatas 2,5 tahun). Umur sapi yang baik/ideal untuk digemukkan berkisar antara 1 – 2,5 tahun, hal ini juga tergantung dari kondisi ternak sapi. Namun menurut pengalaman beberapa peternak di lapangan untuk penggemukan sapi Bali  sebaiknya digunakan sapi yang berumur 1,5 – 2,5 tahun.
4.  Kondisi Awal
Pilihlah sapi jantan yang keadaan phisiknya tidak terlalu kurus, tetapi kondisi tubuh secara umum harus sehat. Semakin berat bobot badan awal sapi (pada umur yang sama),semakin cepat pertumbuhannya. Bentuk kepala, tanduk dan kaki kelihatan lebih besar (khusus sapi Bali) tidak seperti kepala rusa.
5.  Tanda-tanda Umum Sapi Potong Yang Baik
·     Badan panjang, bulat, dari samping tampak berbentuk segi empat.
·     Dada depan lebar, dalam, dan menonjol ke depan
·     Kepala pendek dan mulut lebar
·     Bulu mengkilat dan tidak kaku
·     Kaki pendek, leher dan bahu lebar
·     Berpenampilan tenang
·     Tidak cacat.



C.    Manajemen Penggemukan
Teknik penggemukan yang paling efektif dan sering dilakukan oleh peternak adalah dengan sistem kreman. Cara penggemukan sapi potong sistem kereman dilakukan dengan teknologi pemeliharaan sebagai berikut :
1.  Sapi dipelihara dalam kandang terus menerus dan tidak digembalakan. Ternak sapi hanya sewaktu-waktu dikeluarkan, yakni pada saat membersihkan kandang dan memandikan ternak sapi.
2.  Semua kebutuhan ternak, baik berupa pakan dan air minum disediakan oleh peternak secara tak terbatas.
3.  Cara penggemukan sistem ini mengutamakan pemberian pakan berupa campuran rumput, leguminosa dan makanan penguat.
4.  Sapi penggemukan tidak untuk dijadikan tenaga kerja, hal ini bertujuan agar makanan yang dikonsumsi sepenuhnya diubah menjadi daging dan lemak sehingga pertumbuhan bobot badan meningkat secara cepat.
5.  Pada awal masa penggemukan, ternak sapi terlebih dahulu diberikan obat cacing.
6.  Untuk meningkatkan palatabilitas/nafsu makan perlu diberikan perangsang nafsu makan dan vitamin.
7.  Lama penggemukan berkisar 4 – 10 bulan. Hal ini tergantung dari kondisi awal dan bobot sapi yang digemukkan.



D.    Pengelolaan Pakan
a.  Syarat Pakan Ternak :
·     Hendaknya cukup mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu : protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
·     Disukai ternak (palatabilitas tinggi).
·     Bersih dan tidak tercemari kotoran atau bibit penyakit.
·     Tidak boleh dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan).
·     Sebaiknya tidak mengandung benda-benda yang bersuhu rendah (misalnya embun pagi hari yang dapat menyebabkan sakit kembung/kejang perut pada ternak).
b.  Jenis Pakan
·     Pakan Hijauan
  Bahan pakan utama ternak sapi penggemukan adalah dalam bentuk hijauan yaitu berasal dari rumput unggul, rumput lokal dan leguminosa. Beberapa contoh hijauan pakan unggul berupa rumput  yang dapat dibudidayakan adalah rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, rumput mexico dan lain-lain, sedangkan hijauan pakan unggul berupa daun-daunan adalah leguminosa (kacang-kacangan seperti centro, siratro, lamtoro/petai cina dan gamal). Hasil sampingan tanaman pertanian yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi adalah brangkasan kacang tanah, kacang kedele, pucuk jagung muda dan lain-lain.
·     Pakan Penguat (Konsentrat)
  Konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi kekurangan gizi dari hijauan pakan ternak. Bahan pakan konsentrat yang dapat diberikan pada ternak sapi antara lain : dedak padi, bungkil kelapa, jagung giling, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap, dan lain-lain. Campuran bahan pakan konsentrat yang diberikan pada ternak sangat tergantung kepada harga dan ketersediaan bahan pakan di sekitar lokasi usaha penggemukan ternak sapi. Dari berbagai hasil penelitian beberapa formulasi pakan konsentrat yang dapat diberikan pada penggemukan sapi potong diantaranya adalah :
a.   Campuran 70 % dedak padi dan 30 % bungkil kelapa, kemudian ditambahkan dengan 0,5 % tepung tulang dan 1 % garam dapur.
b.  Campuran 2 bagian dedak + 1 bagian bungkil kelapa + 1 bagian jagung. Selanjutnya ditambahkan tepung tulang dan garam dapur sebanyak 1 – 2 % kedalam campuran pakan tersebut.
c.   Campuran 70 % dedak padi + 25 % bungkil kelapa + 5 % jagung giling, kemudian ditambahkan 1 % tepung tulang dan garam dapur.
c.  Pemberian Pakan
  Pakan yang diberikan pada ternak sapi penggemukan diarahkan untuk mencapai pertambahan bobot badan yang setinggi-tingginya dalam waktu relatif singkat. Untuk itu pemberian pakan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantitas maupun nilai gizinya. Pakan hijauan diberikan pada sapi sebanyak 10 – 12 % dan pakan konsentrat 1 – 2 % dari bobot badan ternak. Pemberian hijauan dapat dilakukan 3 kali sehari yakni pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan pukul 17.00 sore hari, sedangkan pakan konsentrat diberikan pagi hari sebelum pemberian hijauan. Ketersediaan air minum untuk ternak sapi adalah hal yang tidak kalah penting diperhatikan. Kebutuhan air minum bagi sapi sebanyak 20 – 40 liter/ekor/hari, namun sebaiknya diberikan secara ad libitum (tidak terbatas).  Cara penyajian pakan hijauan pada ternak sebaiknya dicincang pendek-pendek agar lebih mudah dikonsumsi. Kemudian hasil cincangan rumput dibagi menjadi 6 bagian (untuk pagi 1 bagian, siang 2 bagian, dan sore sebanyak 3 bagian).
E.          Pengelolaan Kandang
Konstruksi :
1.  Bahan Bangunan Kandang
·     Atap dapat terbuat dari ijuk, genteng, rumbia, dan lai-lain.
·     Tiang dari kayu atau bambu.
·     Dinding dari papan atau anyaman bambu, setinggi ± 1,5 meter
·     Tempat pakan dari papan atau semen, dibuat rapat setinggi bahu sapi dengan ketinggian dari permukaan tanah sekitar 0,5 meter.
2.  Alas Kandang
Untuk lantai dari tanah yang dipadatkan, beri alas jerami kering atau daunan kering lainnya. Kegunaan alas ini agar sapi tidak kotor, untuk menyerap air kencing dan kotoran, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
3.  Peralatan Kandang
Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Peralatan lain seperti sapu, cangkul dan sekop untuk membersihkan kandang.
4.  Ukuran Kandang
·     Untuk seekor ternak sapi diperlukan kandang dengan ukuran ± 2 x 1,25 meter.
·     Jumlah ruangan kandang dapat diperbanyak dan diperluas sesuai dengan jumlah ternak yang dipelihara.
·     Dinding kandang dibuat setinggi bahu (kaki depan) dari lantai kandang, kecuali sisi depan dibuat lebih rendah agar memudahkan dalam pemberian makanan/air minum.
·     Lantai kandang pada bagian depan setinggi 30 cm dan bagian belakang 20 cm, sehingga sedikit miring agar air kencing dan kotoran sapi mudah dibersihkan.
·     Tinggi atap kandang bagian depan 4 meter dan bagian belakang 3 meter.
·     Tempat  makanan berukuran 60 cm x 80 cm x 40 cm, sedangkan tempat minum berukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm tiap ekor ternak.
F.          Kesehatan Ternak
Dalam kondisi normal, sapi mendapatkan obat parasit saluran pencernaan dan vitamin pada awal pemeliharaan. Penanganan kesehatan ternak diarahkan juga pada kesehatan reproduksi, dan kesehatan secara umum. Ternak sapi perlu diberi obat cacing dan vitamin B kompleks serta kebersihan lingkungan. Bebarapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak sapi antara lain :

1.  Penyakit Ngorok (Septichaemia Epizootica)
Penyebab : Bakteri Pasteurella Multocida Penularan : Kontak langsung antara ternak sakit dengan yang sehat. Melalui pakan, minuman, serangga dan alat-alat yang tercemar bibit penyakit.
Gejala : Demam tinggi, sulit bernafas dan nafas kedengaran ngorok , kotoran encer, terkadang bercampur darah, kematian terjadi sekitar 12 – 36 jam kemudian setelah gejala sakit.
Pengobatan : Serum kebal dosis 100-150 cc subkutan. Streptomisin dosis 20 mg/kg berat badan, disuntikkan ke dalam otot daging. Sulfadimin 2 gr/15 kg berat badan, disuntikkan ke dalam otot daging.
2.  Penyakit Radang Limpa (Anthraks)
Penyebab : Bacillus Anthraksis
Penularan : Kontak langsung antara ternak sakit dengan ternak yang   masih sehat. Melalui pakan, minuman, pernafasan atau serangga   penghisap  darah (lalat, tungau, dll).  
Gejala Penyakit : Demam tinggi, badan lemah dan gemetar.   Pembengkakan di leher, alat kelamin dan daging penuh dengan bisul. Kotoran encer, terkadang bercampur darah. Keluar darah hitam kental seperti ter dari semua lobang tubuh (telinga, hidung, anus, pori-pori kulit dsb).
Pencegahan : Vaksinasi anthraks setahun sekali. Asingkan ternak yang sakit dari kelompok. Dilarang memotong ternak berpenyakit anthraks. Ternak mati harus dikubur sedalam 2 meter atau dibakar. Pengobatan : Antiserum dosis 100 – 150 ml/subkutan. Streptomisin dosis 10 gr selama 5 hari berturut-turut/intra muskuler. 
3.  Skabies (Kudis)
Penyebab : Sarcoptes (jenis tungau)
Penularan : Kontak langsung antara ternak sakit dengan sehat. Tanda-tanda : Bulu rontok dan gatal. Terdapat kerak diatas bulu yang gatal tersebut. Warna kulitnya merah atau terdapat luka-luka karena digigit pada waktu gatal.
Pencegahan : Sanitasi kandang, penyemprotan dengan insektisida (obat penghapus hama). Ternak yang sakit diasingkan. Ternak dimandikan dan disikat.Beri pakan bergizi.
Pengobatan : Cukur bulu pada luka, mandikan, kerok pada kulit dan bersihkan dengan air panas kuku. Beri semprotan Azuntol, 1 gram campur dalam 1 liter air. Campuran ini dapat digunakan untuk 2 ekor sapi selama 2 minggu. Campurkan 5 gram sevin dalam 1 botol minyak kelapa kemudian disemprotkan.Pengobatan secara tradisional juga dapat menggunakan oli bekas dicampur belerang, lalu dioleskan 
4.  Penyakit Kembung Perut (Tymphani)
Penyebab : Sapi yang terlampau banyak memakan kacang-kacangan (legume) yang tak mudah dicerna, atau pakan hijauan yang terlampau basah atau memakan hijauan terlalu banyak. Terjadi proses fermentasi yang terlampau cepat dalam perut atau karena banyaknya hijauan yang dicerna akan membentuk dan menimbun gas yang cukup banyak. Tekanan gas yang terlalu kuat dapat menyebabkan pernafasan hewan tertekan dan perut menjadi kembung. 
Gejala : Lambung sapi bagian kiri membesar. Nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali. Sapi gelisah. Sesak nafas, bisa menimbulkan kematian. Jika sudah berbaring susah untuk berdiri kembali.
Pencegahan/Pengobatan : Jangan membiarkan sapi yang sedang tumbuh menjadi lapar. Jangan memberikan legume basah terlalu banyak. Beri makanan kasar seperti jerami kering atau hay. Untuk mengeluarkan gas biasanya diberikan minyak nabati dan diberikan antibiotika (Pennisilin). Cara lain adalah dengan menggunakan stomach tube, apabila tidak berhasil gunakan trocar, yang ditusukkan pada lambung sebelah kiri. Secara tradisional dapat menggunakan minyak sayur 0,5 gelas (100 ml) dicampur dengan air hangat, lalu diminumkan.  Disamping itu juga bisa menggunakan minuman yang mengandung alkohol.

Sumber : Syafrial; Endang Susilawati; Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan  Penggemukan Sapi Potong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jambi






Tidak ada komentar: