INTENSIFIKASI
AYAM KAMPUNG
A.
Pendahuluan
Dikarenakan
dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam kampung sangat
rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan
betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan. Pemeliharaan yang intensif pada ayam kampung,
dapat meningkatkan produksi telur dan daging, dapat mencegah wabah penyakit dan
memudahkan tata laksana.
Sistem
pemeliharaan ayam kampung meliputi : bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan
dan pencegahan penyakit.
B. Pemilihan Bibit
1. Ayam
jantan :
·
Badan kuat dan panjang
·
Tulang supit rapat
·
Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur
rapih
·
Paruh bersih
·
Mata jernih
·
Kaki dan kuku bersih
·
Sisik-sisik teratur
·
Terdapat taji.
2. Ayam
betina (petelur) yang baik
·
Kepala halus
·
Matanya terang/jernih
·
Mukanya sedang (tidak terlalu lebar)
·
Paruh pendek dan kuat
·
Jengger dan pial halus
·
Badannya cukup besar dan perutnya luas
·
Jarak antara tulang dada dan tulang
belakang ± 4 jari
·
Jarak antara tulang pubis (wangkong) ± 3
jari.
C. Pemeliharaan
Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan :
1. Ekstensif
(pemeliharaan secara tradisional = ayam dilepas dan mencari pakan sendiri)
2. Semi
intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan)
3. Intensif
(ayam dikandangkan dan diberi pakan)
Apabila dibedakan dari umurnya, ada
beberapa macam pemeliharaan, yaitu :
1. Pemeliharaan
anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu, dimana anak ayam sepenuhnya diserahkan
kepada induk atau induk buatan
2. Pemeliharaan
ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu
3. Pemeliharaan
masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir (± 2 tahun)
Untuk memperoleh
telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantan melayani 9 (sembilan)
ekor betina, sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi, pejantan tidak
diperlukan.
D.
Perkandangan
Syarat kandang yang baik, yaitu :
1. Cukup
mendapat sinar matahari
2. Cukup
mendapat angin atau udara segar
3. Jauh
dari kediaman rumah sendiri
4. Bersih
5. Sesuai
kebutuhan (umur dan keadannya)
6. Kepadatan
yang sesuai
7. Kandang
dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan tahan lama.
Kepadatan kandang :
1. Anak
ayam beserta induk : 1 - 2 m2 untuk 20 - 25 ekor anak ayam dan 1 - 2
induk
2. Ayam
dara 1 m2 untuk 14 - 16 ekor
3. Ayam
masa bertelur, 1 - 2 m2 untuk 6 ekor betina dan 1 ekor pejantan
E. Pakan
Zat-zat makanan
yang dibutuhkan terdiri dari : protein, energi, vitamin, mineral dan air. Adapun konsumsi pakan adalah sebagai berikut
:
1. Anak
ayam dara : 15 gram/hari
2. Minggu
I-III : 30 gram/hari
3. Minggu
III-V : 60 gram/hari
4. Minggu
VI sampai menjelang bertelur : 80 gram/hari
5. Induk/Pejantan
: 100 gram/hari
Pemberian pakan
adalah sehari dua kali, yaitu pagi dan sore, sedangkan air minum diberikan
setiap saat.
F. Penyakit dan Pencegahannya
1. ND
(Necastle Desease)/Tetelo Pencegahan: lakukan vaksinasi ND secara teratur pada
umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi setiap 4 bulan sekali.
3) CRD (pernafasan) Pengobatan :
Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000
gr/ton ransum).
4) Berak Darah Pengobatan : Prepara
Sulfa atau anyrolium dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 -
5 hari.
5) Pilek Pengobatan :
sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan dalam air minum selama 5 - 7 hari.
6) Cacar Pencegahannya : vaksinasi
1 kali setelah lepas induk.
G.
Jamu
untuk Efisiensi Pakan dan Kesehatan
Tabel 1. Bahan-bahan Jamu
No
|
Bahan Jamu
|
Bagian yg
Digunakan
|
Jumlah
|
1.
|
Bawang Putih
|
Umbi
|
250 gr
|
2.
|
Kencur
|
Rimpang
|
250 gr
|
3.
|
Jahe
|
Rimpang
|
125 gr
|
4.
|
Lengkuas
|
Rimpang
|
125 gr
|
5.
|
Kunyit
|
Rimpang
|
125 gr
|
6.
|
Temulawak
|
Rimpang
|
125 gr
|
7.
|
Kayu Manis
|
Kulit Batang
|
62,5 gr
|
8.
|
Sirih
|
Daun
|
62,5 gr
|
9.
|
Mahkota Dewa
|
Daun
|
62,5 gr
|
10.
|
Tetes Tebu
|
Larutan
|
250 ml
|
11.
|
Probiotik
(EM4)
|
Larutan
|
250 ml
|
Sumber : Zainuddin dan
Wakradihardja (2002)
Cara Pembuatan :
Sumber : Tambunan, Reny Debora, dan
Marsudi Silalahi. 2008. Teknologi
Budidaya Ayam Buras. Balai Besar Penggembangan. Teknologi Pertanian. Badan
Penelitian dan Penggembangan Pertanian. Bogor
INTENSIFIKASI
TERNAK ITIK
A. Pendahuluan
Masalah
peternakan itik selama ini adalah belum tersedianya sisitem penanganan yang
memadai untuk menghasilkan bibit yang berkualitas. Selama ini yang ada hanyalah
penetasan dari telur-telur tetas.
Perkembangan
peternakan itik yang cukup pesat akhir-akhir ini diharapkan akan mendorong
tumbuhnya usaha-usaha pembibitan untuk meningkatkan kualitas bibit yang tersedia
di pasar. Kualitas bibit yang digunakan sangat menentukan keberhasilan dan
tingkat keuntungan usaha peternakan yang bersangkutan. Untuk itu perlu adanya
pemahaman cara-cara beternak itik yang benar bagi peternak.
B. Perkandangan
Peternak kecil
yang ingin memanfaatkan lahan pekarangannya dapat memelihara itik dalam jumlah
kecil dan menjaga kebersihan kandang untuk mengurangi timbunya bau dari kotoran
itik. Jarak antara kandang dengan sumur sebaiknya agak jauh agar tidak timbul
perncemaran.
Kandang itik
digunakan untuk beristirahat dimalam hari dan bertelur dipagi hari, pada siang
hari itik berada di halaman kandang yang tidak beratap dan dibatasi oleh pagar.
Atap kandang dapat dibuat dari bahan yang sederhana seperti genteng atau
rumbia.
Persyaratan
kandang :
1.
Temperatur kandang 390C
2.
Kelembaban kandang 60-65%
3.
Kandang diberi lampu penerangan
4.
Terbuat dari bahan yang sederhana
Model kandang
menurut umur itik, yaitu :
a.
Kandang Starter, untuk DOD/ Day Old Duck ( anak itik umur 1 hari)
atau biasa disebut juga kandang box. Ukuran kandang 1m2 untuk 50
ekor DOD.
b.
Kandang Grower, untuk anak itik masa
pertumbuhan. Disebut model kandang ren/kelompok dengan kepadatan kandang 6-9
ekor/m2. Lantai kandang terbuat dari semen atau tanah yang
dipadatkan dengan diberi campuran pasir dan kapur. Dilengkapi juga
dengan kolam air dangkal untuk minum dan mandi.
c.
Kandang Layer, untuk itik masa bertelur.
Kandang bersifat kelompok dengan ukuran 4-5 ekor/m2.
C.
Tata
laksana Pemelihraan
1.
Penyediaan
induk buatan
Alat
yang biasa digunakan berupa pemanas lampu minyak atau listrik. Dibuat dengan
menggunakan triplek, kayu, atau seng dengan lampu minyak atau lampu listrik (40
watt) dipasang dibagian tengah. Untuk mengetahui apakah suhu induk buatan
sesuai atau belum dapat dilihat dari sebaran meri. Jika terlalu panas, meri
akan berada dipinggir dan bila terlalu dingin, meri akan berkumpul disekitar
sumber panas. Jika suhu induk buatan sudah sesuai, maka meri akan menyebar
secara merata.
2.
Tempat
Pakan dan Minum
Tempat
minum harus dibuat secara aman agar meri tidak dapat masuk ke dalam tempat
minum. Pakan diberikan dalam bentuk tepung atau butiran dan diletakan dalam
tempat pakan. Bentuk tempat pakan sebaiknya memanjang, sehingga dapat menampung
meri dalam jumlah banyak. Tempat minum sebaiknya diberikan dekat dengan tempat
pakan, bagian bawah tempat minum dapat diberi tempat penampungan air yang
tercecer untuk meri bermain air.
3.
Tatalaksana
pemeliharaan itik dara
Kandang
yang terbaik untuk pemeliharaan itik dara adalah dengan sistem pen yang
dilengkapi dengan litter dari sekam. Apabila jumlah itik yang dipelihara tidak
banyak (kurang dari 500 ekor), maka kandang itik dara dapat sekaligus digunakan
sebagai kandang itik petelur. Kapasitas kandang ideanya 6-7 ekor/m2. Hari
pertama itik dara masuk kedalam kandang
perlu diberikan obat anti stress berupa vitamin, preparat sulfa seperti
“sulfamix”. Obat diberikan pada air minum untuk menghindari stress yang
berlebihan dan mencegah beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Pakan
untuk itik dara harus dibatasi agar tidak terjadi kegemukan. Pakan hanya
diberikan 75-80% dari kebutuhan konsumsi pakan normal sehari. Dapat jga
dilakukan dengan cara mengurangi kualitas pakan. Sebagai patokan berat badan
itik siap bertelur (22 minggu) adalah 1,3-1,4 kg. Penyediaan halaman sangat
membantu dalam mencegah terjadinya kegemukan. Itik dibiarkan dihalaman pada
siang hari, dan pada malam hari dimasukkan ke kandang.
4.
Tatalaksana
Pemeliharaan Itik Petelur
Pemeliharaan itik petelur dapat
diusahakan disekitar rumah dengan memanfaatkan pekarangan yang ada. Jarak
Antara kandang dengan rumah diupayakan minimal 10 m. areal sekitar kandang
dibuat pagar keliling menggnakan bahan bamboo atau kawat yang berfungsi untuk
mencegah masuknya binatang liar. Konstruksi kandang terdiri dari 2 ruangan,
yaitu ruangan istirahat yang dilindungi oleh atap serta ruangan halaman tanpa
atap. Perlu dibuat petak-petak, dimana setiap petak dapat diisi dengan 50 ekor.
Tinggi sekat antar petak 40-50 cm. luas petak???. Ruang halaman dan ruang
istirahat dipisahkan dengan sekat. Itik dimasukkan ke dalam kandang/ruang
istirahat pada malam hari. Pemberian lampu yang redup di dalam kandang akan
mempermudah menggiring itik, karena ketika hari mulai gelap, itik akan
mendekati lampu.
Itik
biasanya bertelur pada pagi hari. Saat pagi hari, tempat pakan diisi kira-kira
1/3 dari jatah pakan sehari dan tempat minum diisi dengan air bersih. Untuk
menghindari telur-telur berserakan dalam kandang, maka perlu dibuatkan sangkar
dibagian pinggir kandang. Pada siang hari, yaitu sekitar pukul 11.00 itik
diberi pakan lagi. disahakan pakan tidak tersisa, karena dapat menimbulkan
jamur.
5. Penyakit-penyakit
pada Itik
a.
Avian
Influenza (AI) : Disebabkan oleh virus. Tanda-tanda
umum pada itik yaitu : keluar air mata, bersin, keluar cairan dari hidung, dan
pembengkakan pada daerah dibawah mata. Penyakit ini belum ada obatnya, jadi
hanya bisa dilakukan pencegahan melalui vaksin.
b.
Duck
Cholera : Anak itik umur lebih dari 4 minggu sangat peka
terhadap penyakit ini. Penyakit ini sangat merugikan peternak karena dapat
menyebabkan kematian yang tinggi pada itik dara dan petelur. Anak itik yang
terkena penyakit ini pada umumnya mempunyai gejala-gejala diare dan disertai
dengan sesak nafas. Penyakit duck cholera dapat diobati dengan preparat sulfa
dan antibiotic. Sanitasi dan manajemen yang baik dapat mencegah timbulnya
penyakit duck cholera. Apabila ada itik yang terjangkit penyakit ini harus
segera dipisahkan dari yang lain.
c.
Botulism
: adalah penyakit yang disebabkan karena itik memakan bangkai. Bangkai
mengandung bakteri berbahaya yang disebut dengan Castridium botulinum dan
menimbulkan racun botulinus. Itik akan menunjukkan sakit, setelah beberapa jam
memakan bangkai. Tanda-tanda itik yang terkena penyakit ini adalah lumpuh pada
bagian sayap, kaki, dan leher.
6.
Pakan
Itik
Sekitar 70%
biaya produksi berasal dari biaya pakan. Oleh sebab itu pakan mempunyai peran
yang sangat menentukan dalam usaha peternakan itik. Peternak akan mengalami
kerugian yang tidak sedikit apabila tidak memahami teknik pemberian pakan untuk
itiknya. Pemeliharaan itik secara gembala tidak memerlukan pemikiran yang
mendalam tentang pakan itik, karena secara alami itik mencari pakan sendiri
disawah-sawah atau pematang-pematang. Tetapi apabila itik dikandangkan, maka
soal pakan menjadi penting untuk diperhatikan.
Tabel
1. Kebutuhan beberapa nutrisi itik tipe petelur (Sen, 1985)
Uraian
|
0-8 Minggu
|
8-20
Minggu
|
>20 Minggu
|
Energi
(Kkal/kg)
|
2900
|
2800
|
2700
|
Protein Kasar
(%)
|
17-20
|
18
|
16-18
|
Ca (%)
|
0,6-1,0
|
0,6-1,0
|
2,9-3,25
|
P(%)
|
0,6
|
0,6
|
0,47
|
Bahan pakan
untuk itik sebaiknya diperoleh dari bahan lokal yang murah, tidak bersaing
dengan manusia, dan bermutu baik. Bahan pakan lokal yang dapat digunakan untuk
makanan itik dapat dibagi menurut sumber nutrisi yang terkandung didalamnya.
Bahan pakan sumber energi misalnya : dedak padi, gabah/beras/menir, jagung,
sagu, sorgum, singkong, dan tetes tebu. Bahan pakan sumber protein misalnya :
tepung ikan, bekicot, bungkil kedelai, belatung, keong, kepala udang, ikan
runcah, dll. Bahan pakan sumber mineral Antara lain kapur, cangkang bekicot,
kerang laut, dan garam dapur. Bahan pakan sumber vitamin, misalnya : genjer,
enceng gondok, rumput muda, dan tepung daun.
Contoh susunan ransum itik petelur
:
a.
Formulasi Raharjo (1985) :
1. Tepung
gaplek 41,5%
2. Tepung
beras 22 %
3. Kepala
udang 30%
4. Tepung
tulang 3%
5. Garam
0,5%
6. Kapur
2,5%
7. Premix
0,3%
Kandungan : PK (19%), ME (2750
Kkal/kg), Ca (3,31%), P (0,52%)
b. Formulasi
Tangenjaya (1988)
1. Dedak
75%
2. Bungkil
kedelai 7%
3. Garam
0,2%
4. Kapur
10%
5. Premik
0,5%
Kandungan : PK (18,6%), ME
(1900Kkal/kg), Ca (4,55%), P (0,85%)
c.
Formulasi Peternak di Jawa Barat (1989)
1.
Dedak 46%
2.
Menir 24,5%
3.
Tepung ikan 21%
4.
Kapur 8%
5.
Premik o,5%
Kandungan : PK (14,7%), ME (2150
Kkal/kg), Ca (4,23%), P (1,01%)
Sumber
: Sumber
: Suretno, Nandari Dyah, Akhmad Prabowo, dan Marsudi Silalahi. 2008. Teknologi Budidaya Itik. Balai Besar
Penggembangan. Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Penggembangan Pertanian.
Bogor
BUDIDAYA
TERNAK DOMBA SECARA INTENSIF
A.
Pendahuluan
Laju
pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging
yang terus meningkat pula. Ternak domba merupakan salah satu jenis ternak yang
dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi kepentingan masyarakat dalam
hal penyediaan daging. Ada beberapa aspek yang menarik dari usaha ternak domba
antara lain dapat berkembangbiak dengan cepat, dapat dengan mudah menyesuaikan
diri pada lingkungan, serta dagingnya relatif dapat diterima oleh berbagai
lapisan masyarakat.
Ternak
domba biasanya dipelihara dengan tujuan sebagai tabungan, ternak potong untuk
konsumsi keluarga, maupun memanfaatkan kotorannya sebagai pupuk bagi tanaman.
Pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh petani di pedesaan pada umumnya dalam
skala yang relatif kecil dengan rataan jumlah pemilikan sebanyak 3-5 ekor per
keluarga petani. Sistem pemeliharaan pun dilakukan secara tradisional dengan
ciri-ciri: perkandangan sederhana, penyediaan pakan terbatas dengan
mengandalkan alam sekitar atau setengah digembalakan, dan tanpa ada pemilihan
bibit secara terarah. Melalui sistem pemeliharaan secara sederhana tersebut,
ternak ini hanya memberikan pertambahan berat badan harian sebesar 20-30 gram,
lebih kecil dari potensi produktivitas yang dapat dicapai oleh ternak domba
apabila dipelihara secara inrtensif dengan pemberian makanan yang cukup jumlah
dan baik mutunya (Merkel dan Subandriyo, 1997).
B. Pemilihan Bibit
Pilihlah
bibit untuk induk dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bentuk
tubuh : Kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, bulu
lunak dan mengkilat, tubuh besar tetapi tidak terlalu gemuk.
2. Sifat
keindukan : Penampilan jinak, sorot mata ramah
3. Kenormalan
kaki : Kaki lurus dan tumit tinggi
4. Keadaan
gigi : Jumlah gigi lengkap, rahang atas dan bawah rata
5. Keturunan
: Berasal dari keturunan kembar atau beranak kembar, atau kelahiran tunggal
tetapi berasal dari induk muda
6. Ambing
:Tidak terlalu menggantung, bentuk simetris, jumlah puting dua buah
Pilihlah
bibit untuk pejantan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bentuk
tubuh : Besar, dada lebar, tubuh relatif panjang, bagian tubuh sebelah belakang
lebih besar dan lebih tinggi, tetapi tidak terlalu gemuk
2. Penampilan
: Gagah, mencerminkan kemampuan menurunkan sifat yang baik pada anaknya
3.
Aktif
: Ramah, aktif, dan siap mengawini induk yang birahi (nafsu kawinnya
besar)
4. Keturunan
: Berasal dari keturunan kembar
5. Umur
: Antara 1,5 sampai 3 tahun
C.
Pakan
Tabel
1. Contoh campuran pakan domba untuk kondisi pedesaan
Status
Ternak
|
Rumput
(%)
|
Kacang-kacangan
(%)
|
Sedang
Tumbuh
|
60
|
40
|
Betina
Dewasa
|
75
|
25
|
Betina
Bunting
|
60
|
40
|
Betina
Menyusui
|
50
|
50
|
Pejantan
Pemacek
|
75
|
25
|
Tabel
2. Susunan konsentrat domba untuk tujuan komersial
Jenis
Bahan
|
(%)
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|
Jagung
giling
|
42
|
62,5
|
-
|
52
|
40
|
Bungkil
kedelai
|
25
|
15
|
-
|
12,5
|
7,5
|
Dedak
halus
|
30
|
20
|
-
|
22,5
|
50
|
Tepung
tulang
|
1,5
|
1
|
-
|
1,5
|
1
|
Garam
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
Ampas
tahu kering
|
-
|
-
|
98,5
|
-
|
-
|
Pemberian/e/hari
(gr)
|
200-250
|
300-400
|
350
|
200-250
|
250
|
Keterangan
:
Rumput/hijaun
diberikan secara tidak terbatas
I : Untuk domba yang sedang
tumbuh
II
& III : Untuk domba penggemukan
IV : Untuk domba bunting/menyusui
V : Untuk pejantan pemacek/aduan
D.
Tata
Laksana
1. Perkandangan
Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam membuat kandang yaitu: 1) tempat/lahan yang tanahnya
kering dan letaknya tinggi, 2) jarak kandang 10 meter dari sumur dan rumah, 3)
cukup mendapat sinar matahari pagi yang merata dan udara yang segar serta
bersih, 4) terlindung dari hembusan angin langsung, 5) tersedia tempat pakan
dan minum yang mudah dibersihkan, dan 6) menggunakan bahan bangunan yang kuat
dan murah.
Kandang di buat
bentuk panggung. Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari kandang panggung adalah kandang menjadi lebih bersih karena
kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu
kering, serta kuman, parasit, dan jamur dapat ditekan. Beberapa kelemahannya
antara lain biaya relatif mahal, resiko terperosok/jatuh, dan kandang memikul
beban ternak lebih berat.
Tabel 3. Luas kandang domba
No
|
Status
|
Luas Kandang
|
1.
|
Domba umur
kurang dari 7 bulan
|
0,5 m2
|
2.
|
Domba umur
7-12 bulan
|
0,75 m2
|
3.
|
Domba umur
lebih dari 12 bulan
|
1-1,5 m2
|
4.
|
Domba induk
menyusui
|
1 m2
|
2.
Reproduksi
Secara umum
interval kelahiran domba yang baik adalah 2 tahun dengan 3 kali melahirkan.
Agar peternak dapat melakukan pengaturan perkawinan dengan baik, maka yang
harus diperhatikan adalah:
a.
Domba betina mencapai dewasa kelamin
pada umur 6-8 bulan
b.
Domba jantan mulai dapat dikawinkan pada
umur 18-20 bulan
c.
Domba betina mulai dikawinkan pertama
kali pada umur 12-15 bulan
d.
Siklus birahi terjadi rata-rata setiap
17 hari sekali
e.
Lama birahi berlangsung 30-40 jam atau
1-2 hari
f.
Saat yang paling tepat untuk mengawinkan
domba yang sedang birahi ialah pada hari kedua
g.
Lama bunting berlangsung 5 bulan atau
144-152 hari
h.
Penyapihan anak dilakukan pada umur 3
bulan
i.
Batas umur domba diternakkan: betina 5
tahun, jantan 6-8 tahun
j.
Perbandingan antara betina dan pejantan:
a) pejantan yang berumur kurang dari 15 bulan dapat melayani 10 ekor betina, b)
pejantan yang berumur kurang dari 3 tahun dapat melayani 35 ekor betina, dan c)
pejantan yang berumur lebih dari 3 tahun dapat melayani 50 ekor betina.
Tanda-tanda
domba betina birahi:
a. Gelisah,
ribut dan nafsu makan berkurang
b. Mencoba
menaiki ternak lain, menggerak-gerakan ekor dan sering kencing
c. Berusaha
menaiki pejantan dan yang penting mau atau diam bila dikawini pejantan
d. Alat
kelamin bagian luar sedikit membengkak, memerah dan kadang-kadang sedikit
mengeluarkan lendir.
3. Mengawinkan
ternak
Walaupun domba
betina mencapai dewasa kelamin pada umur 6-8 bulan, sebaiknya perkawinan
pertama dilakukan pada umur 12- 15 bulan karena telah mencapai dewasa tubuh.
Masa birahi ternak domba berlangsung selama 30-40 jam atau 1-2 hari dan domba
betina akan melepaskan sel telur (Ovulasi) pada akhir masa birahi. Oleh karena
itu, perkawinan yang tepat harus dilakukan pada hari kedua masa birahi.
Sebaiknya pejantan harus dimasukkan ke dalam kandang betina minimum 3 kali
siklus birahi.
Tanda-tanda awal
kebuntingan kurang jelas untuk diamati walaupun dengan cara meraba. Tanda-tanda
umum yang tampak adalah birahi berikutnya tidak timbul lagi, ternak lebih
tenang, tidak suka dekat dengan pejantan, nafsu makan agak meningkat, kadang
menggesekkan badannya ke dinding atau menjilati dinding kandang, pada
pertengahan kebuntingan, perut nampak membesar terutama pada perut sebelah
kanan dan ambing agak turun posisinya.
4. Perawatan
Ternak
a. Memandikan
Domba sebaiknya
dimandikan secara rutin seminggu sekali agar tubuhnya tidak kotor dan tidak
menjadi sarang penyakit. Memandikan domba dapat dilakukan pada saat cuaca cerah
dengan menggunakan air bersih dan mengalir. Pada saat dimandikan, seluruh bulu
badan dan tubuhnya dibersihkan dengan air sabun dan disikat, kemudian dibilas
dengan air bersih. Setelah dimandikan, domba dibiarkan berjalan-jalan
(exercise) sampai bulunya kering.
b.
Mencukur Bulu
Bulu domba
tumbuh relatif banyak sehingga memerlukan perawatan agar tidak menjadi kotor
serta tidak menjadi sarang kuman penyakit dan parasit. Mencukur bulu sebaiknya
dilakukan pada domba yang telah berumur lebih dari 6 bulan dan dilakukan dua
kali setahun. Sebelum mencukur bulu, sebaiknya domba dimandikan terlebih dahulu
agar bulunya bersih dan pelaksanaan pencukuran lebih mudah.
Teknik saat
mencukur bulu, ternak dapat tetap berdiri atau dirobohkan dengan cara mengikat
keempat kakinya sehingga pencukuran dapat lebih cepat dan hasilnya lebih rapi.
Pencukuran dapat menggunakan gunting yang besar dan tajam atau gunting cukur
listrik. Pencukuran dimulai dari perut bagian bawah, ke atas, ke depan, dan ke
belakang sampai daerah kepala dan kaki. Bulu yang tertinggal di kulit sepanjang
0,5-1 cm. Mencukur bulu harus dilakukan dengan hati-hati agar kulit domba tidak
terluka.
c.
Memotong Kuku
Domba yang
dipelihara dalam kandang, secara alami kukunya akan tumbuh dan bertambah
panjang. Kuku domba yang panjang dan tidak pernah dipotong dapat menyebabkan
gangguan pada saat berjalan, untuk pejantan dapat mengganggu pada saat kawin,
dan menjadi sarang kotoran dan kuman penyakit sehingga mudah terinfeksi. Untuk
menghindari hal-hal tersebut maka kuku domba harus dipotong secara rutin setiap
3-6 bulan sekali.
Memotong kuku
dilakukan dengan cara mengikat domba pada bambu. Kemudian kuku depan kiri dan
kanan dipotong secara bergantian dengan cara mengangkat kaki domba dengan
melipat sendi lutut. Untuk memotong kuku belakang kiri dan kanan dilakukan
dengan menjepit badan domba bagian belakang dengan posisi searah ekor, kemudian
kaki belakang diangkat dan dipotong secara bergantian. Memotong kuku dapat
menggunakan gunting, rennet, atau pisau tajam. Bagian kuku yang dipotong adalah
bagian yang tidak ada syaraf dan pembuluh darah.
d.
Pengendalian Penyakit
Kesehatan
menentukan tingkat keberhasilan usaha ternak domba. Agar ternak domba tetap
sehat, kandang harus bersih, air minum diberikan teratur dan bersih. Penyakit
yang sering menyerang domba adalah bloat (kembung perut), cacing, dan kudis
(kurap, scabies).
· Bloat
(kembung perut):
Gejala: lambung
sebelah kiri atas tampak besar dan bila dipukul berbunyi seperti drum,
frekuensi pernafasan cepat, dan punggung domba tampak membungkuk.
Penyebab:
Hijauan di dalam rumen cepat mengalami fermentasi, sehingga membentuk timbunan
gas yang cukup besar. Hijauan (rumput
dan daun) yang cepat mengalami fermentasi seperti rumput muda, rumput basah dan
daun ubi jalar. Agar ternak domba tetap sehat, kandang harus bersih, air minum
diberikan teratur dan bersih.
Pencegahan:
hindarkan domba digembalakan di tempat yang rumputnya basah akibat embun pagi,
jangan diberi rumput muda. Pengobatan: berikan larutan gula merah dan asam
jawa, keluarkan gas dengan cara mengurut-urut perut domba.
· Cacing:
Parasit yang
sering menyerang saluran pencernaan domba diantaranya adalah cacing bulat dan cacing
hati.
Gejala
terinfeksi cacing bulat: domba menjadi kurus, pucat, lemah; bila infeksi parah
mengakibatkan; perut besar, bulu kusam, dan kadang keluar kotoran encer.
Gejala
terinfeksi cacing hati: kondisi tubuh lemah; selaput lendir bola
mata dan gusi tampak pucat; kadang-kadang di bawah
dagu membengkak lunak karena berisi air; dan perut buncit akibat adanya
penimbunan cairan di dalam perut.
Pencegahan:
1.
Kandang dibersihkan secara rutin dan hindari lantai menjadi becek.
2.
Domba tidak digembalakan di tempat yang tercemar telur atau larva cacing.
Pengobatan:
Domba diobati dengan obat cacing khusus hewan yang dijual di toko yang menjual
kebutuhan peternakan. Diberikan dalam bentuk kapsul atau dalam bentuk serbuk
dan dicampur air minum. Dosis pemberian sesuai anjuran. contoh merk dagang Albendazol.
· Kudis
(Kurap, scabies):
Gejala: ternak
gelisah karena gatal sehingga nafsu makan menurun, kulit bersisik berkeropeng,
bulu rontok, dan pada awalnya menyerang pada bagian bibir, kepala, kemudian
menjalar ke seluruh tubuh.
Penyebab: parasit kulit yang
menular dengan cara kontak langsung.
Pencegahan:
penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan dan pemisahan ternak
sakit.
Pengobatan:
menggunakan obat merk “wormectin” dengan cara disuntikkan secara subcutan di
leher.
Sumber
:
Rismayanti, Yayan. 2010. Petunjuk Teknis
Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat
Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian
Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Bandung
BUDIDAYA
TERNAK SAPI POTONG
A.
Pendahuluan
Usaha
penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat
peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan dimasa depan.
Hal ini terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan
peternak kecil, menengah maupun swasta atau komersial.
Penggemukan
sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak untuk
mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan input
pakan serta sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha
yang ekonomis.
Tujuan
dari penggemukan ternak sapi adalah untuk meningkatkan produksi daging
persatuan ekor, meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien tanpa
memotong sapi lebih banyak, menanggulangi populasi ternak sapi yang menurun
akibat pemotongan dan dapat menghindari pemotongan sapi betina umur produktif.
Dalam
usaha penggemukan sapi potong, selain dapat memperbaiki kualitas daging dan
menaikkan harga jual ternak, juga dapat meningkatkan nilai tambah dari pupuk
kandang yang dihasilkan ternak sapi.
Artinya, pupuk kandang yang diproduksikan pada waktu penggemukan itu
dapat lebih ditingkatkan nilai ekonomisnya. Untuk memperoleh hasil yang
optimal, terdapat beberapa hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian dari
peternak dalam pengelolaan usaha penggemukan sapi potong, yaitu : pemilihan
bibit/bakalan, sistem penggemukan, pakan dan cara pemberiannya, penyediaan
kandang, pengendalian dan pencegahan
penyakit.
B.
Pemilihan
Bibit
Keterampilan
dalam memilih bibit (sapi bakalan) merupakan langkah awal yang sangat
menentukan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong. Pemilihan bakalan untuk
tujuan penggemukan harus memperhatikan :
1.
Bangsa Sapi
Bangsa
sapi yang digunakan untuk penggemukan sebaiknya dipilih bangsa sapi yang
mempunyai produktivitas tinggi atau jenis unggul, baik sapi unggul lokal maupun
jenis sapi impor atau persilangan. Beberapa jenis sapi unggul lokal yang
dijadikan ternak potong adalah sapi Bali, Peranakan Onggole (PO) dan sapi
Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul impor adalah sapi Brahman, Simmental,
Onggole dan Brangus.
2.
Jenis Kelamin
Sapi
sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan sapi jantan
pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi betina. Disamping itu juga untuk
mencegah pemotongan ternak betina produktif. Sapi kebiri juga baik untuk
digemukkan, karena cepat pertumbuhannya.
3.
Umur
Sapi
sebaiknya dipilih yang masih muda, karena pertumbuhannya lebih cepat dibanding
sapi berumur tua. Ternak sapi bakalan yang lebih muda (umur 1 – 2,5 tahun) mempunyai tekstur daging
yang lebih halus, kandungan lemak yang lebih rendah, dan warna lemak daging
yang lebih muda sehingga menghasilkan daging dengan keempukan yang lebih baik
dibandingkan sapi tua (umur diatas 2,5 tahun). Umur sapi yang baik/ideal untuk
digemukkan berkisar antara 1 – 2,5 tahun, hal ini juga tergantung dari kondisi
ternak sapi. Namun menurut pengalaman beberapa peternak di lapangan untuk
penggemukan sapi Bali sebaiknya
digunakan sapi yang berumur 1,5 – 2,5 tahun.
4.
Kondisi Awal
Pilihlah
sapi jantan yang keadaan phisiknya tidak terlalu kurus, tetapi kondisi tubuh
secara umum harus sehat. Semakin berat bobot badan awal sapi (pada umur yang
sama),semakin cepat pertumbuhannya. Bentuk kepala, tanduk dan kaki kelihatan
lebih besar (khusus sapi Bali) tidak seperti kepala rusa.
5.
Tanda-tanda Umum Sapi Potong Yang Baik
· Badan
panjang, bulat, dari samping tampak berbentuk segi empat.
· Dada
depan lebar, dalam, dan menonjol ke depan
· Kepala
pendek dan mulut lebar
· Bulu
mengkilat dan tidak kaku
· Kaki
pendek, leher dan bahu lebar
· Berpenampilan
tenang
· Tidak
cacat.
C.
Manajemen
Penggemukan
Teknik
penggemukan yang paling efektif dan sering dilakukan oleh peternak adalah
dengan sistem kreman. Cara penggemukan sapi potong sistem kereman dilakukan
dengan teknologi pemeliharaan sebagai berikut :
1.
Sapi dipelihara dalam kandang terus
menerus dan tidak digembalakan. Ternak sapi hanya sewaktu-waktu dikeluarkan,
yakni pada saat membersihkan kandang dan memandikan ternak sapi.
2.
Semua kebutuhan ternak, baik berupa
pakan dan air minum disediakan oleh peternak secara tak terbatas.
3.
Cara penggemukan sistem ini mengutamakan
pemberian pakan berupa campuran rumput, leguminosa dan makanan penguat.
4.
Sapi penggemukan tidak untuk dijadikan
tenaga kerja, hal ini bertujuan agar makanan yang dikonsumsi sepenuhnya diubah
menjadi daging dan lemak sehingga pertumbuhan bobot badan meningkat secara
cepat.
5.
Pada awal masa penggemukan, ternak sapi
terlebih dahulu diberikan obat cacing.
6.
Untuk meningkatkan palatabilitas/nafsu
makan perlu diberikan perangsang nafsu makan dan vitamin.
7.
Lama penggemukan berkisar 4 – 10 bulan.
Hal ini tergantung dari kondisi awal dan bobot sapi yang digemukkan.
D.
Pengelolaan
Pakan
a. Syarat Pakan Ternak :
· Hendaknya
cukup mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu : protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral.
· Disukai
ternak (palatabilitas tinggi).
· Bersih
dan tidak tercemari kotoran atau bibit penyakit.
· Tidak
boleh dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan).
· Sebaiknya
tidak mengandung benda-benda yang bersuhu rendah (misalnya embun pagi hari yang
dapat menyebabkan sakit kembung/kejang perut pada ternak).
b. Jenis Pakan
· Pakan
Hijauan
Bahan pakan
utama ternak sapi penggemukan adalah dalam bentuk hijauan yaitu berasal dari
rumput unggul, rumput lokal dan leguminosa. Beberapa contoh hijauan pakan unggul
berupa rumput yang dapat dibudidayakan
adalah rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, rumput mexico dan lain-lain,
sedangkan hijauan pakan unggul berupa daun-daunan adalah leguminosa
(kacang-kacangan seperti centro, siratro, lamtoro/petai cina dan gamal). Hasil
sampingan tanaman pertanian yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi
adalah brangkasan kacang tanah, kacang kedele, pucuk jagung muda dan lain-lain.
· Pakan
Penguat (Konsentrat)
Konsentrat
adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi kekurangan gizi dari
hijauan pakan ternak. Bahan pakan konsentrat yang dapat diberikan pada ternak
sapi antara lain : dedak padi, bungkil kelapa, jagung giling, bungkil kacang
tanah, ampas tahu, ampas kecap, dan lain-lain. Campuran bahan pakan konsentrat
yang diberikan pada ternak sangat tergantung kepada harga dan ketersediaan
bahan pakan di sekitar lokasi usaha penggemukan ternak sapi. Dari berbagai
hasil penelitian beberapa formulasi pakan konsentrat yang dapat diberikan pada
penggemukan sapi potong diantaranya adalah :
a. Campuran
70 % dedak padi dan 30 % bungkil kelapa, kemudian ditambahkan dengan 0,5 %
tepung tulang dan 1 % garam dapur.
b. Campuran
2 bagian dedak + 1 bagian bungkil kelapa + 1 bagian jagung. Selanjutnya
ditambahkan tepung tulang dan garam dapur sebanyak 1 – 2 % kedalam campuran
pakan tersebut.
c. Campuran
70 % dedak padi + 25 % bungkil kelapa + 5 % jagung giling, kemudian ditambahkan
1 % tepung tulang dan garam dapur.
c. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada ternak sapi penggemukan diarahkan untuk
mencapai pertambahan bobot badan yang setinggi-tingginya dalam waktu relatif
singkat. Untuk itu pemberian pakan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
ternak baik dari segi kuantitas maupun nilai gizinya. Pakan hijauan diberikan pada
sapi sebanyak 10 – 12 % dan pakan konsentrat 1 – 2 % dari bobot badan ternak.
Pemberian hijauan dapat dilakukan 3 kali sehari yakni pada pukul 08.00 pagi,
12.00 siang dan pukul 17.00 sore hari, sedangkan pakan konsentrat diberikan
pagi hari sebelum pemberian hijauan. Ketersediaan air minum untuk ternak sapi
adalah hal yang tidak kalah penting diperhatikan. Kebutuhan air minum bagi sapi
sebanyak 20 – 40 liter/ekor/hari, namun sebaiknya diberikan secara ad libitum
(tidak terbatas). Cara penyajian pakan
hijauan pada ternak sebaiknya dicincang pendek-pendek agar lebih mudah
dikonsumsi. Kemudian hasil cincangan rumput dibagi menjadi 6 bagian (untuk pagi
1 bagian, siang 2 bagian, dan sore sebanyak 3 bagian).
E.
Pengelolaan Kandang
Konstruksi
:
1.
Bahan Bangunan Kandang
· Atap
dapat terbuat dari ijuk, genteng, rumbia, dan lai-lain.
· Tiang
dari kayu atau bambu.
· Dinding
dari papan atau anyaman bambu, setinggi ± 1,5 meter
· Tempat
pakan dari papan atau semen, dibuat rapat setinggi bahu sapi dengan ketinggian
dari permukaan tanah sekitar 0,5 meter.
2.
Alas Kandang
Untuk
lantai dari tanah yang dipadatkan, beri alas jerami kering atau daunan kering
lainnya. Kegunaan alas ini agar sapi tidak kotor, untuk menyerap air kencing
dan kotoran, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
3.
Peralatan Kandang
Kandang
dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Peralatan lain seperti sapu,
cangkul dan sekop untuk membersihkan kandang.
4.
Ukuran Kandang
· Untuk
seekor ternak sapi diperlukan kandang dengan ukuran ± 2 x 1,25 meter.
· Jumlah
ruangan kandang dapat diperbanyak dan diperluas sesuai dengan jumlah ternak
yang dipelihara.
· Dinding
kandang dibuat setinggi bahu (kaki depan) dari lantai kandang, kecuali sisi
depan dibuat lebih rendah agar memudahkan dalam pemberian makanan/air minum.
· Lantai
kandang pada bagian depan setinggi 30 cm dan bagian belakang 20 cm, sehingga
sedikit miring agar air kencing dan kotoran sapi mudah dibersihkan.
· Tinggi
atap kandang bagian depan 4 meter dan bagian belakang 3 meter.
· Tempat makanan berukuran 60 cm x 80 cm x 40 cm,
sedangkan tempat minum berukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm tiap ekor ternak.
F.
Kesehatan Ternak
Dalam
kondisi normal, sapi mendapatkan obat parasit saluran pencernaan dan vitamin
pada awal pemeliharaan. Penanganan kesehatan ternak diarahkan juga pada kesehatan
reproduksi, dan kesehatan secara umum. Ternak sapi perlu diberi obat cacing dan
vitamin B kompleks serta kebersihan lingkungan. Bebarapa jenis penyakit yang
sering menyerang ternak sapi antara lain :
1. Penyakit Ngorok (Septichaemia
Epizootica)
Penyebab
:
Bakteri Pasteurella Multocida Penularan : Kontak langsung antara ternak sakit
dengan yang sehat. Melalui pakan, minuman, serangga dan alat-alat yang tercemar
bibit penyakit.
Gejala
:
Demam tinggi, sulit bernafas dan nafas kedengaran ngorok , kotoran encer,
terkadang bercampur darah, kematian terjadi sekitar 12 – 36 jam kemudian
setelah gejala sakit.
Pengobatan
:
Serum kebal dosis 100-150 cc subkutan. Streptomisin dosis 20 mg/kg berat badan,
disuntikkan ke dalam otot daging. Sulfadimin 2 gr/15 kg berat badan,
disuntikkan ke dalam otot daging.
2. Penyakit Radang Limpa (Anthraks)
Penyebab
:
Bacillus Anthraksis
Penularan
:
Kontak langsung antara ternak sakit dengan ternak yang masih sehat. Melalui pakan, minuman,
pernafasan atau serangga penghisap darah (lalat, tungau, dll).
Gejala
Penyakit : Demam tinggi, badan lemah dan gemetar. Pembengkakan di leher, alat kelamin dan
daging penuh dengan bisul. Kotoran encer, terkadang bercampur darah. Keluar
darah hitam kental seperti ter dari semua lobang tubuh (telinga, hidung, anus,
pori-pori kulit dsb).
Pencegahan
:
Vaksinasi anthraks setahun sekali. Asingkan ternak yang sakit dari kelompok.
Dilarang memotong ternak berpenyakit anthraks. Ternak mati harus dikubur
sedalam 2 meter atau dibakar. Pengobatan
: Antiserum dosis 100 – 150 ml/subkutan. Streptomisin dosis 10 gr selama 5
hari berturut-turut/intra muskuler.
3. Skabies (Kudis)
Penyebab
:
Sarcoptes (jenis tungau)
Penularan
:
Kontak langsung antara ternak sakit dengan sehat. Tanda-tanda : Bulu rontok dan gatal. Terdapat kerak diatas bulu
yang gatal tersebut. Warna kulitnya merah atau terdapat luka-luka karena
digigit pada waktu gatal.
Pencegahan
:
Sanitasi kandang, penyemprotan dengan insektisida (obat penghapus hama). Ternak
yang sakit diasingkan. Ternak dimandikan dan disikat.Beri pakan bergizi.
Pengobatan
:
Cukur bulu pada luka, mandikan, kerok pada kulit dan bersihkan dengan air panas
kuku. Beri semprotan Azuntol, 1 gram campur dalam 1 liter air. Campuran ini
dapat digunakan untuk 2 ekor sapi selama 2 minggu. Campurkan 5 gram sevin dalam
1 botol minyak kelapa kemudian disemprotkan.Pengobatan secara tradisional juga
dapat menggunakan oli bekas dicampur belerang, lalu dioleskan
4. Penyakit Kembung Perut (Tymphani)
Penyebab
:
Sapi yang terlampau banyak memakan kacang-kacangan (legume) yang tak mudah
dicerna, atau pakan hijauan yang terlampau basah atau memakan hijauan terlalu
banyak. Terjadi proses fermentasi yang terlampau cepat dalam perut atau karena
banyaknya hijauan yang dicerna akan membentuk dan menimbun gas yang cukup
banyak. Tekanan gas yang terlalu kuat dapat menyebabkan pernafasan hewan
tertekan dan perut menjadi kembung.
Gejala
:
Lambung sapi bagian kiri membesar. Nafsu makan berkurang atau hilang sama
sekali. Sapi gelisah. Sesak nafas, bisa menimbulkan kematian. Jika sudah
berbaring susah untuk berdiri kembali.
Pencegahan/Pengobatan
:
Jangan membiarkan sapi yang sedang tumbuh menjadi lapar. Jangan memberikan
legume basah terlalu banyak. Beri makanan kasar seperti jerami kering atau hay.
Untuk mengeluarkan gas biasanya diberikan minyak nabati dan diberikan
antibiotika (Pennisilin). Cara lain adalah dengan menggunakan stomach tube,
apabila tidak berhasil gunakan trocar, yang ditusukkan pada lambung sebelah
kiri. Secara tradisional dapat menggunakan minyak sayur 0,5 gelas (100 ml)
dicampur dengan air hangat, lalu diminumkan.
Disamping itu juga bisa menggunakan minuman yang mengandung alkohol.
Sumber
: Syafrial;
Endang Susilawati; Bustami. 2007. Manajemen
Pengelolaan Penggemukan Sapi Potong.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan
Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian. Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar